Rabu, 14 Januari 2009

Ketika Politik Anti-Humanity

Oleh: Choirul Asyhar

Karena politik Bawaslu DKI melaporkan Tifatul Sembiring Presiden PKS ke Polda Metro Jaya. Alasannya aksi solidaritas PKS terhadap Palestina adalah kampanye terselubung. Sementara kampanye turun ke jalan belum boleh dilakukan saat ini.

Aneh, ketika seluruh dunia melakukan aksi yang sama mengecam kejahatan perang yang dilakukan Zionis Yahudi terhadap Palestina, di Indonesia mengecilkan masalah ini menjadi masalah kampanye parpol. Jika ormas-ormas berdemo mengungkapkan solidaritasnya kepada saudara muslim di Palestina, apakah parpol tidak boleh melakukan itu?

Pengkotak-kotakan masalah sering membuat kita banci dan mandul. Apakah hanya karena takut disebut kampanye, parpol tidak boleh mendukung rakyat? Ketika banjir melanda, posko didirikan, demi taat peraturan kampanye maka bendera harus diturunkan? Sehingga tanpa identitas? Absurd benar cara pandang di negeri ini.

Parpol seakan hanya dikapling kiprahnya di ranah urusan politik. Meskipun itu bisa berarti anti-humanity. Karena hati nurani telah dibungkam mati. Membela rakyat dituduh kampanye. Membela kemanusiaan dilaporkan ke polisi. Bukankan tujuan didirikan parpol untuk membela rakyat, kemanusiaan dan keadilan? Jika ini diingkari maka praktik politik yang terjadi adalah saling gasak, gosok, gesek. Pukul sana, tendang sini. Sikut kanan, sikut kiri.

Apakah ungkapan kemanusiaan hanya boleh dilakukan setelah parpol menang pemilu dalam bentuk kebijakan negara atau pemerintah? Sedangkan pemerintah sendiri tidak ada kebijakan unjuk rasa terhadap aksi anti-kemanusiaan yang dilakukan oleh penjajah Zionis Yahudi Israel?

Kecaman keras yang dilayangkan oleh Presiden melalui surat, jika memang keras, apakah cukup?

Tokoh pejuang Palestina, dalam wawancara di sebuah majalah mengatakan bahwa rakyat Palestina mengikuti berita dukungan dari seluruh dunia termasuk Indonesia dalam bentuk aksi-aksi demonstrasi. Dan ini memberi semangat moral yang sangat tinggi, bahwa Palestina tidak sendirian melawan penjajah Zionis Yahudi Israel.

Maka surat kecaman presiden yang katanya keras itu jauh dari cukup. Aksi-aksi demonstrasi turun ke jalan harus terus digalakkan. Untuk menyuarakan hati nurani masyarakat dunia yang cinta damai dan benci terorisme negara Yahudi itu. Dan suara itu sah-sah saja disuarakan oleh PKS dan partai manapun, kalau mereka mau.

Bahkan Bawaslupun daripada melaporkan Tifatul Sembiring ke Polda, sebaiknya menggalang parpol-parpol untuk berdemo anti-zionis-Israel. Daripada mempolitisir demo solidaritas Palestina yang dilakukan PKS beberapa waktu lalu, sebaiknya memahkamah-Internasionalkan tokoh-tokoh Israel dan Amerika sebagai penjahat perang. Inilah politik hati nurani, karena tujuan politik itu sendiri adalah kekuasaan demi kemashlahatan manusia.

Tidak ada komentar: